Saturday, December 22, 2018

Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease)

Gagal ginjal kronik/Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. Penyakit ginjal biasanya tidak dirasakan (asimptomatik) sampai terjadinya kerusakan nefron yang cukup parah, dan 70% orang dengan CKD tidak menyadari penyakit tersebut sebelumnya (Lewis, Hagler, Bucher, Heitkemper, Harding, Kwong, & Roberts, 2016). 

Sistematik review dan meta-analisis yang dilakukan oleh Hill, Fatoba, Oke, Hirst, Callaghan, Lasserson, & Hobbs (2016) ditemukan bahwa CKD memiliki prevalensi global yang tinggi dengan estimasi prevalensi yang konsisten antara 11-13% dengan mayoritas stage 3. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) disebutkan bahwa kejadian CKD di Indonesia naik dari 2% (Riskesdas 2013) menjadi 3,8% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2018). 

Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan pada ginjal atau penurunan fungsi ginjal lebih dari tiga bulan, dimana pada kondisi ini ginjal tidak dapat menyaring sisa metabolisme dalam darah sehingga tetap berada dalam darah, jika tidak dideteksi dan diobati sejak dini akan menyebabkan kerusakan yang serius pada ginjal bahkan menyebabkan kematian dini (Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2014). CKD adalah istilah umum yang menggambarkan kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) selama tiga bulan atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Baradero, Dayrit, & Siswadi (2009) mendefinisikan CKD sebagai kerusakan ireversibel pada ginjal, dimana kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan yang cocok untuk keberlangsungan kehidupan.

Klasifikasi
Smeltzer, et al. (2010) mengklasifikasikan gagal ginjal berdasarkan Glomerular Filtration Rate (GFR), seperti pada tabel 1 berikut ini:
            Tabel 1: Stadium CKD
Stage
Deskripsi
GFR (mL/min/1.73 m2), Tindakan
Rencana
1
Kerusakan ginjal dengan GRF normal atau meningkat
≥90
Diagnosis, perawatan berdasarkan kondisi dan komorbiditas, menurunkan resiko penyakit jantung/kardiovaskular
2
Kerusakan ginjal dengan GFR menurun ringan
60-89
Perkiraan kondisi selanjutnya
3
Kerusakan ginjal dengan GFR menurun secara moderate
30-59
Evaluasi dan mengatasi komplikasi
4
GFR menurun parah
15-29
Persiapan dari terapi renal replacement
5
Gagal ginjal (ESRD)
<15 (dialisis/cuci darah, transplantasi)
Terapi replacement therapy (dialisa atau transplantasi)

Etiologi
Etiologi CKD menurut Ignatavicius, Workman, & Winkelman (2016) adalah sebagai berikut:

a) Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
    - Hereditas
    - Usia lebih dari 60 tahun
    - Jenis kelamin
    - Ras
b) Faktor yang dapat dimodifikasi
    - Diabetes mellitus
    - Hipertensi
    - Peningkatan protein dan masukan kolesterol
    - Merokok
    - Penggunaan analgesik.

Manifestasi Klinis
     Manifestasi klinis CKD menurut Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014) ialah sebagai berikut:
a) Psikologi
Cemas dan depresi.
b) Kardiovaskular
Hipertensi, gagal jantung, coronary artery disease (CAD), perikarditis dan penyakit arteri perifer.
c) Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, perdarahan gastrointestinal, dan gastritis.
d) Endokrin/Reproduksi
Hiperparatiroid, tiroid abnormalitas, amenorea, dan disfungsi ereksi. 
e) Metabolik
Intoleransi karbohidrat dan hiperlipidemia.
f) Hematologi
Anemia, perdarahan, dan infeksi.
g) Neurologi
Lemah, sakit kepala, gangguan tidur, dan ensefalopati.
h) Okuler
Hipertensi retinopati
i) Pulmonary
Edema paru, pruritus uremik, dan pneumonia.
j) Integumen
Pruritus, ekimosis, kering, dan kulit bersisik.
k) Muskuloskletal
Kalsifikasi vaskular dan jaringan lunak, Osteomalasia, Osteitis fibrosa
l) Neuropati perifer
Parestesia, Sindrom kaki gelisah.

     Tanda dan gejala pada CKD timbul akibat cairan dan elektrolit yang tidak seimbang, perubahan fungsi regulator tubuh, dan retensi solut (Baradero, dkk.,2009), seperti berikut ini:
a) Anemia terjadi karena produksi eritrosit juga terganggu, sehingga pasien mengeluh cepat lelah, pusing dan letargi.
b) Hiperurisemia
c) Fosfat serum meningkat
d) Kalsium mungkin normal (karena ada peningkatan produksi parathormon) atau dibawah normal.
e) Tekanan darah meningkat karena adanya hipervolemia (peningkatan jumlah Na+ dan air).
f) Hiperpigmentasi
g) Kulit tampak kekuningan atau kecoklatan.
h) Azotemia yang dapat menyebabkan letargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan menurun, cepat marah, dan depresi.
i) Gejala CKD yang berat: anoreksia, mual, dan muntah yang berlangsung terus, pernapasan pendek, pitting oedema, dan pruritus.

Pemeriksaan Diagnostik
     Pemeriksaan penunjang pada CKD menurut Ignatavicius & Workman (2014); Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014) ialah sebagai berikut:
a) Riwayat dan pemeriksaan fisik
b) Identifikasi penyakit ginjal reversibel
c) USG ginjal
d) Scan ginjal
e) CT scan
f) Biopsi ginjal
g) Pantau nilai darah berikut: kreatinin, nitrogen urea darah (BUN), sodium, potasium, kalsium, fosfat, bikarbonat, hemoglobin, dan hematokrit. Juga pantau GFR.
h) Elektrolit serum
i) Profil lipid
j) Rasio protein terhadap kreatinin pada spesimen voided pagi pertama
k) Urinalisis
l) Hematokrit dan kadar hemoglobin

Penatalaksanaan Medis
    Penatalaksanaan medis pada CKD menurut Black & Hawks (2014) ialah:
a) Mengontrol tekanan darah (BP) menjadi di bawah 130/80 mmHg.
b) Mengatur kadar glukosa darah untuk menjaga HbA1c di bawah 1%.
c) Mengatur hiperlipidemia dengan diet dan obat yang menurunkan kolesterol (biasanya statin).
d) Mengatur dan mengobati manifestasi yang muncul dari gagal ginjal termasuk anemia, hiperfosfatemia, dan hiperparatiroidisme, hiperkalemia, dan asidosis metabolik.
e) Mempersiapkan pasien untuk terapi penempatan ginjal ketika diperlukan.

   Nurarif & Kusuma (2015) juga menyebutkan beberapa penatalaksanaan medis pada CKD yaitu:
a) Terapi penyakit ginjal
b) Pengobatan penyakit penyerta
c) Penghambatan penurunan fungsi ginjal
d) Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
e) Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
f) Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia.

Sumber lain:
a) Cairan yang diperbolehkan pada pasien dengan CKD adalah 500 sampai 600 ml untuk 24 jam atau dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditambah dengan IWL 500 ml, maka air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
b) Pemberian vitamin untuk pasien penting karena diet rendah protein tidak  cukup memberikan komplemen vitamin yang diperlukan.
c) Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan.
d) Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan kontrol volume intravaskuler.
e) Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tanpa gejala dan tidak memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan karbonat atau dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolik jika kondisi ini memerlukan gejala.
f) Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah kalium kadang-kadang kayexelate (obat untuk menangani hiperkalemia) sesuai kebutuhan.
g) Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu.
i) Transplantasi ginjal

Komplikasi
Komplikasi CKD menurut Ignatavicius & Workman (2014); Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014) ialah sebagai berikut:
a) Anemia
b) Penyakit vaskular dan hipertensi
c) Gangguan mineral dan tulang (hipokalsemia) 
d) Ulkus peptikum
e) Hiperkalemia
f) Disfungsi seksual
g) Dislipidemia
i) Metabolik asidosis.
Paru-paru uremik dan pneumonitis. paru-paru uremik dan pneumonitis . Keadaan edema paru terlihat pada thorak foto dimana disertai kelebihan cairan akibat retensi natrium dan air, batuk non produktif juga dapat terjadi sekunder dari kongesti paru-paru terutama saat berbaring, suara rales akibat adanya trasudasi cairan paru.

Referensi
Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2009). Seri Asuhan Keperawatan: Pasien Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8th edisi). Singapore: Elsevier.

Centers for Disease Control and Prevention. (2014). National Chronic Kidney Disease Fact Sheet, 2014. Diakses pada 01 Maret  2018, dari https://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/kidney_factsheet.pdf.

Hill, N. R., Fatoba, S. T., Oke, J. L., Hirst, J. A., O'Callaghan, C. A., Lasserson, D. S., & Hobbs, F. D. R. (2016). Global Prevalence of Chronic Kidney Disease - A Syatematic Review and Meta-AnalysisPloSONE, 11(7), DOI:10.1371/journal.pone.0158765.

Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2014). Medical-Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care. Mexico: Saunders.

Ignatavicius, D. D., Workman, M. L., & Winkelman, C. (2016). Medical-Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care (8th Ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018. Diakses pada 22 Desember 2018, dari http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Canada: Elsevier.

Lewis, S. L., Hagler, D., Bucher, L., Heitkemper, M. M., Harding, M. M., Kwong, J., & Roberts, D. (2016). Clinical Companion to Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. USA: Elsevier. Diakses pada 22 Desember 2018, dari https://books.google.co.id/books?id=8Xb2DAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=chronic+kidney+disease+medical+surgical+nursing&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi7yfXV6LLfAhWNb30KHXahCyIQ6AEIVDAH#v=onepage&q=chronic%20kidney%20disease&f=false.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis, & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC (Jilid 2). Jogjakarta: MediAction.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth’s: Textbook of medical-surgical nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

No comments:

Post a Comment