Gagal ginjal kronik/Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. Penyakit ginjal biasanya tidak dirasakan (asimptomatik) sampai terjadinya kerusakan nefron yang cukup parah, dan 70% orang dengan CKD tidak menyadari penyakit tersebut sebelumnya (Lewis, Hagler, Bucher, Heitkemper, Harding, Kwong, & Roberts, 2016).
Sistematik review dan meta-analisis yang dilakukan oleh Hill, Fatoba, Oke, Hirst, Callaghan, Lasserson, & Hobbs (2016) ditemukan bahwa CKD memiliki prevalensi global yang tinggi dengan estimasi prevalensi yang konsisten antara 11-13% dengan mayoritas stage 3. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) disebutkan bahwa kejadian CKD di Indonesia naik dari 2% (Riskesdas 2013) menjadi 3,8% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2018).
Sistematik review dan meta-analisis yang dilakukan oleh Hill, Fatoba, Oke, Hirst, Callaghan, Lasserson, & Hobbs (2016) ditemukan bahwa CKD memiliki prevalensi global yang tinggi dengan estimasi prevalensi yang konsisten antara 11-13% dengan mayoritas stage 3. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) disebutkan bahwa kejadian CKD di Indonesia naik dari 2% (Riskesdas 2013) menjadi 3,8% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2018).
Definisi
Chronic
Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan pada
ginjal atau penurunan fungsi ginjal lebih dari tiga bulan, dimana pada kondisi
ini ginjal tidak dapat menyaring sisa metabolisme dalam darah sehingga tetap
berada dalam darah, jika tidak dideteksi dan diobati sejak dini akan menyebabkan
kerusakan yang serius pada ginjal bahkan menyebabkan kematian dini (Centers for Disease Control and Prevention
[CDC], 2014). CKD adalah istilah umum yang menggambarkan kerusakan ginjal atau
penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) selama tiga bulan atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever,
2010). Baradero, Dayrit, & Siswadi (2009) mendefinisikan CKD sebagai
kerusakan ireversibel pada ginjal, dimana kedua ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan yang cocok untuk keberlangsungan kehidupan.
Klasifikasi
Smeltzer, et al. (2010) mengklasifikasikan gagal ginjal berdasarkan Glomerular Filtration Rate (GFR),
seperti pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1: Stadium CKD
Stage
|
Deskripsi
|
GFR
(mL/min/1.73 m2), Tindakan
|
Rencana
|
1
|
Kerusakan ginjal dengan GRF normal atau meningkat
|
≥90
|
Diagnosis, perawatan berdasarkan kondisi dan
komorbiditas, menurunkan resiko penyakit jantung/kardiovaskular
|
2
|
Kerusakan ginjal dengan GFR menurun ringan
|
60-89
|
Perkiraan kondisi selanjutnya
|
3
|
Kerusakan ginjal dengan GFR menurun secara moderate
|
30-59
|
Evaluasi dan mengatasi komplikasi
|
4
|
GFR menurun parah
|
15-29
|
Persiapan dari terapi renal replacement
|
5
|
Gagal ginjal (ESRD)
|
<15 (dialisis/cuci darah, transplantasi)
|
Terapi replacement therapy (dialisa atau transplantasi)
|
Etiologi
Etiologi CKD menurut Ignatavicius, Workman, & Winkelman (2016)
adalah sebagai berikut:
a) Faktor yang
tidak dapat dimodifikasi
- Hereditas
- Usia lebih dari
60 tahun
- Jenis kelamin
- Ras
b) Faktor yang
dapat dimodifikasi
- Diabetes
mellitus
- Hipertensi
- Peningkatan
protein dan masukan kolesterol
- Merokok
- Penggunaan
analgesik.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis CKD menurut Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher
(2014) ialah sebagai berikut:
a) Psikologi
Cemas dan
depresi.
b) Kardiovaskular
Hipertensi,
gagal jantung, coronary artery disease
(CAD), perikarditis dan penyakit arteri perifer.
c) Gastrointestinal
Anoreksia,
mual, muntah, perdarahan gastrointestinal, dan gastritis.
d) Endokrin/Reproduksi
Hiperparatiroid,
tiroid abnormalitas, amenorea, dan disfungsi ereksi.
e) Metabolik
Intoleransi
karbohidrat dan hiperlipidemia.
f) Hematologi
Anemia,
perdarahan, dan infeksi.
g) Neurologi
Lemah, sakit
kepala, gangguan tidur, dan ensefalopati.
h) Okuler
Hipertensi
retinopati
i) Pulmonary
Edema paru,
pruritus uremik, dan pneumonia.
j) Integumen
Pruritus,
ekimosis, kering, dan kulit bersisik.
k) Muskuloskletal
Kalsifikasi
vaskular dan jaringan lunak, Osteomalasia, Osteitis fibrosa
l) Neuropati
perifer
Parestesia,
Sindrom kaki gelisah.
Tanda dan gejala pada CKD timbul
akibat cairan dan elektrolit yang tidak seimbang, perubahan fungsi regulator
tubuh, dan retensi solut (Baradero, dkk.,2009), seperti berikut
ini:
a) Anemia terjadi
karena produksi eritrosit juga terganggu, sehingga pasien mengeluh cepat lelah,
pusing dan letargi.
b) Hiperurisemia
c) Fosfat serum
meningkat
d) Kalsium mungkin
normal (karena ada peningkatan produksi parathormon) atau dibawah normal.
e) Tekanan darah
meningkat karena adanya hipervolemia (peningkatan jumlah Na+ dan
air).
f) Hiperpigmentasi
g) Kulit tampak
kekuningan atau kecoklatan.
h) Azotemia yang
dapat menyebabkan letargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan menurun, cepat marah, dan depresi.
i) Gejala CKD yang
berat: anoreksia, mual, dan muntah yang berlangsung terus, pernapasan pendek, pitting oedema, dan pruritus.
Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada CKD menurut Ignatavicius & Workman (2014);
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014) ialah sebagai berikut:
a) Riwayat dan
pemeriksaan fisik
b) Identifikasi
penyakit ginjal reversibel
c) USG ginjal
d) Scan ginjal
e) CT scan
f) Biopsi ginjal
g) Pantau nilai
darah berikut: kreatinin, nitrogen urea darah (BUN), sodium, potasium, kalsium,
fosfat, bikarbonat, hemoglobin, dan hematokrit. Juga pantau GFR.
h) Elektrolit serum
i) Profil lipid
j) Rasio protein
terhadap kreatinin pada spesimen voided pagi pertama
k) Urinalisis
l) Hematokrit dan kadar hemoglobin
Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksanaan medis pada CKD menurut Black & Hawks (2014) ialah:
a) Mengontrol
tekanan darah (BP) menjadi di bawah 130/80 mmHg.
b) Mengatur kadar
glukosa darah untuk menjaga HbA1c di bawah 1%.
c) Mengatur
hiperlipidemia dengan diet dan obat yang menurunkan kolesterol (biasanya
statin).
d) Mengatur dan
mengobati manifestasi yang muncul dari gagal ginjal termasuk anemia,
hiperfosfatemia, dan hiperparatiroidisme, hiperkalemia, dan asidosis metabolik.
e) Mempersiapkan
pasien untuk terapi penempatan ginjal ketika diperlukan.
Nurarif & Kusuma (2015) juga menyebutkan beberapa
penatalaksanaan medis pada CKD yaitu:
a) Terapi penyakit
ginjal
b) Pengobatan
penyakit penyerta
c) Penghambatan
penurunan fungsi ginjal
d) Pencegahan dan
pengobatan penyakit kardiovaskular
e) Pencegahan dan
pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
f) Terapi pengganti
ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia.
Sumber lain:
a) Cairan yang
diperbolehkan pada pasien dengan CKD adalah 500 sampai 600 ml untuk 24 jam atau
dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditambah dengan IWL 500 ml,
maka air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
b) Pemberian
vitamin untuk pasien penting karena diet rendah protein tidak cukup memberikan komplemen vitamin yang
diperlukan.
c) Hiperfosfatemia
dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung alumunium atau kalsium
karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan.
d) Hipertensi
ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan kontrol volume
intravaskuler.
e) Asidosis
metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tanpa gejala dan tidak memerlukan
penanganan, namun demikian suplemen makanan karbonat atau dialisis mungkin
diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolik jika kondisi ini memerlukan
gejala.
f) Hiperkalemia
biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat disertai pengambilan
kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh
medikasi oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah kalium kadang-kadang
kayexelate (obat untuk menangani hiperkalemia) sesuai kebutuhan.
g) Anemia pada
gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia rekombinan).
Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu.
h) Dialisis
i) Transplantasi
ginjal
Komplikasi
Komplikasi CKD menurut Ignatavicius & Workman (2014); Lewis,
Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014) ialah sebagai berikut:
a) Anemia
b) Penyakit
vaskular dan hipertensi
c) Gangguan mineral
dan tulang (hipokalsemia)
d) Ulkus peptikum
e) Hiperkalemia
f) Disfungsi
seksual
g) Dislipidemia
i) Metabolik
asidosis.
Paru-paru
uremik dan pneumonitis. paru-paru uremik dan pneumonitis . Keadaan edema paru
terlihat pada thorak foto dimana disertai kelebihan cairan akibat retensi
natrium dan air, batuk non produktif juga dapat terjadi sekunder dari kongesti
paru-paru terutama saat berbaring, suara rales akibat adanya trasudasi cairan
paru.
Referensi
Baradero,
M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2009). Seri Asuhan Keperawatan:
Pasien Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan
Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8th edisi).
Singapore: Elsevier.
Centers for Disease Control and Prevention. (2014). National
Chronic Kidney Disease Fact Sheet, 2014. Diakses pada 01 Maret 2018,
dari https://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/kidney_factsheet.pdf.
Hill, N. R., Fatoba, S. T., Oke, J. L., Hirst, J. A., O'Callaghan,
C. A., Lasserson, D. S., & Hobbs, F. D. R. (2016). Global
Prevalence of Chronic Kidney Disease - A Syatematic Review and Meta-Analysis: PloSONE,
11(7), DOI:10.1371/journal.pone.0158765.
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2014). Medical-Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care. Mexico: Saunders.
Ignatavicius,
D. D., Workman, M. L., & Winkelman, C. (2016). Medical-Surgical Nursing:
Patient-Centered Collaborative Care (8th Ed.). St.
Louis, Missouri: Elsevier.
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas
2018. Diakses pada 22 Desember 2018,
dari http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html.
Lewis, S.
L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014).
Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems.
Canada: Elsevier.
Lewis, S.
L., Hagler, D., Bucher, L., Heitkemper, M. M., Harding, M. M., Kwong, J., &
Roberts, D. (2016). Clinical Companion to Medical-Surgical Nursing: Assessment
and Management of Clinical Problems. USA: Elsevier. Diakses pada 22 Desember
2018, dari https://books.google.co.id/books?id=8Xb2DAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=chronic+kidney+disease+medical+surgical+nursing&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi7yfXV6LLfAhWNb30KHXahCyIQ6AEIVDAH#v=onepage&q=chronic%20kidney%20disease&f=false.
Nurarif,
A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis, & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC (Jilid 2). Jogjakarta: MediAction.
Smeltzer,
S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth’s:
Textbook of medical-surgical nursing. Philadelphia: Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.