Hipertensi

PDF

Apakah hipertensi itu?

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan persisten pada pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2013; World Health Organization [WHO], 2013).

Berapa nilai tekanan darah normal?

klasifikasi-hipertensi

Apa penyebab hipertensi?

Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014), mengklasifikasikan hipertensi menjadi:

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan peningkatan tekanan darah tanpa diketahui penyebabnya dan berjumlah 90%-95% dari semua kasus hipertensi. Meskipun hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya, namun beberapa faktor yang berkontribusi meliputi: peningkatan aktivitas Symphathetic Nervous System (SNS), produksi sodium-retaining hormones berlebihan dan vasokonstriksi, peningkatan masukan natrium, berat badan berlebihan, diabetes melitus, dan konsumsi alkohol berlebihan (Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’Brien, & Bucher, 2007).

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah dengan penyebab yang spesifik dan biasanya dapat diidentifikasi. Hipertensi sekunder diderita oleh 5%-10% dari semua penderita hipertensi pada orang dewasa. Ignatavicius, Workman, & Winkelman (2016) menyatakan bahwa penyebab hipertensi sekunder meliputi penyakit ginjal, aldosteronisme primer, pheochromocytoma, penyakit Chusing’s, koartasio aorta (penyempitan pada aorta), tumor otak, ensefalitis, kehamilan, dan obat (estrogen misalnya, kontrasepsi oral; glukokortikoid, mineralokortikoid, simpatomimetik).

Gejala hipertensi

Hipertensi kadang disebut sebagai “Silent Killer” karena biasanya orang yang menderita tidak mengetahui gejala sebelumnya dan gejalanya baru muncul setelah sistem organ tertentu mengalami kerusakan pembuluh darah (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, & Darmawan (2008) menyatakan bahwa gejala hipertensi yang umum dijumpai yaitu pusing, mudah marah, telinga berdenging, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.

WHO (2011) juga menyatakan bahwa hipertensi biasanya tanpa gejala, tapi bisa menimbulkan sakit kepala di pagi hari, mimisan, denyut jantung yang tidak teratur, dan berdengung di telinga, sementara gejala hipertensi berat meliputi, kelelahan, mual, muntah, kebingungan, kecemasan, nyeri dada, dan tremor otot.

Siapa yang berisiko lebih tinggi terkena hipertensi?

AHA (2016b) menyatakan bahwa orang yang berisiko lebih tinggi terkena hipertensi adalah sebagai berikut:

  1. Riwayat keluarga dengan hipertensi.
  2. Afrika-Amerika.
  3. Orang gemuk atau obesitas.
  4. Orang-orang yang tidak beraktivitas fisik.
  5. Orang yang mengonsumsi sodium (garam) terlalu banyak.
  6. Orang yang mengonsumsi alkohol terlalu banyak.
  7. Orang dengan diabetes, asam urat, atau penyakit ginjal.
  8. Wanita hamil.
  9. Wanita yang mengonsumsi pil KB (Keluarga Berencana), berat badan berlebihan, memiliki hipertensi selama kehamilan, riwayat keluarga, dan memiliki penyakit ginjal ringan.

Apa yang terjadi bila tidak terkontrol?

WHO (2011) menyatakan bahwa hipertensi dapat menyebabkan kerusakan serius pada kesehatan. Hal ini dapat mengeraskan arteri, mengurangi aliran oksigen darah ke jantung yang dapat menyebabkan nyeri dada (angina), gagal jantung (jantung tidak dapat memompa darah dan oksigen ke organ lain), serangan jantung (terjadi ketika pasokan darah ke jantung tersumbat dan menyebabkan kematian otot jantung karena oksigen yang tidak adekuat, semakin lama aliran darah tersumbat, semakin besar kerusakan pada jantung), dan stroke (terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan memblok arteri yang mengalirkan darah dan oksigen ke otak).

Menurut AHA (2016a) menyatakan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol atau tidak terdeteksi akan menyebabkan serangan jantung, stroke, gagal jantung, penyakit ginjal atau gagal ginjal, kehilangan penglihatan, disfungsi seksual, angina, dan penyakit arteri perifer (Peripheral Artery Disease/PAD).

Bagaimana cara mengetahui adanya hipertensi?

Hipertensi jika dapat dideteksi sejak dini akan meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2014). Satu-satunya cara untuk mendeteksi tekanan darah tinggi adalah tekanan darah harus diukur oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional lainnya (WHO, 2011).

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi

Kemenkes RI (2014) menyatakan bahwa adapun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

  1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
  2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin).
  3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
  4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
  5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
  6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
  7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

REFERENSI

American Heart Association. (2014). Understand blood pressure readings. Diakses pada 28 Desember 2016, dari http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/AboutHighBloodPressure/Understanding-Blood-Pressure-Readings_UCM_301764_Article.jsp#.V1WSXvlTLIU.

American Heart Association. (2016a). Health Threats From High Blood Pressure. Diakses pada 30 Desember 2016, dari https://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/WhyBloodPressureMatters/Health-Threats-From-High-Blood-Pressure_UCM_002051_Article.jsp.

American Heart Association. (2016b). Lifestyle and Risk Reduction High Blood Pressure: Answer by Heart. Diakses pada 30 Desember 2016, dari http://www.heart.org/idc/groups/heart-public/@wcm/@hcm/documents/downloadable/ucm_300310.pdf.

Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan, R. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.

Ignatavicius, D. D., Workman, M. L., & Winkelman, C. (2016). Medical-Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care (8th Ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pusat Data dan Informasi: Hipertensi. Diakses pada 30 Desember 2016, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2013). Medical Surgical Nursing: Critical thinking in patient care. United Kingdom: Pearson Education.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M.,  & Bucher, L. (2014). Medical-Surgical: Assessment and management of clinical problems. St. Louis, Missouri: Elsevier/Mosby.

Lewis, S. L., Heitkemper, M. M., Dirksen, S. R., O’Brien, P. G., & Bucher, L. (2007). Medical-Surgical Nursing: Assessment and management of clinical problems (7th ed.). Philadelphia: Mosby Elsevier.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth’s: Textbook of medical-surgical nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

World Health Organization. (2011). Hypertension. Diakses pada 30 Desember 2016, dari http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/media/non_communicable_diseases_hypertension_fs.pdf.

World Health Organization. (2013). High blood pressure: A public health problem: world health day 2013. Diakses pada 28 Desember 2016, dari http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/113242/1/Fact_Sheet_WHD_2013_EN_14870.pdf?ua=1.

Updated: 30/12/2016

By: Responiel Halawa

Nursing Student

No comments:

Post a Comment